Ya Allah,,Ya Rabbi...
Wahai Dzat Yang Menguasai Setiap Hati
Jika memang dia bukan bagian dari tulang rusuk hamba
Bantu hamba agar dia tidak masuk ke dalam pikiran dan hati hamba
Tundukkanlah pesonanya dari pelupuk mata hamba
Gantilah
kerinduan dan keinginan yang membelenggu ini dengan kasih sayangMu yang
murni dan meliputi semua makna dalam Ar Rahim-Mu
Bantu hamba agar dapat mengasihinya sebagai saudara seiman yang diikat tali ukhuwah
Tetapi...
Jika Engkau memang menciptakannya buat hamba
tolong
Satukan hati kami
Bantu hamba untuk mencintainya tanpa melebihi cinta hamba kepada-Mu, Rasul Mulia-Mu dan Jihad di Jalan-Mu
Anugerahkan hamba kesabaran, niat tulus dan kebulatan tekad
untuk memenangkan hatinya,
Selimuti juga dirinya dengan kasih sayang-Mu yang Maha Luas
Agar mampu mengerti dan menerima hamba apa adanya...
Belajar saling melengkapi kekurangan, dan bertahan dalam kebaikan
Tumbuhkan keyakinan bahwa kami ikhlas berbagi suka dan duka
Semata dalam bingkai harapan akan Ridho-Mu
Ajari hamba agar makin dekat kepada cinta-Mu
Tuntun langkah hamba menuju cahaya-Mu yang Abadi
Ajarkan hamba kesabaran dan kesetian kepada syariat-Mu
Selama masa penantian ini
sampai saat yang Engkau tetapkan tiba waktunya...
Ya Rabb,
Kabulkan doa hamba...
Aamiin…Allahumma Amiin...
Senin, 23 Mei 2016
Sabtu, 21 Mei 2016
SHOLAWAT ASNAWIYYAH
Sholawat Asnawiyyah adalah Sholawat Karangan dari KH R. Asnawi dari
Kudus yang merupakan Waliyullah dan Ulama’ Besar Indonesia pada Tahun
1900an. Beliau dimakamkan di Komplek Pemakaman Wali di Makam Menara
Kudus. Sholawat ini diciptakan beliau karena beliau ingin berdo’a dan
bermunajah kepada Allah, agar bangsa Indonesia diberi keamanan, dan
diselamatkan dari penjajahan, serta diberi cahaya Quran dan yang hatinya
sedang gelap, diterangi oleh Cahaya Qur’an dan ditetapkan Imannya.
Sholawat Asnawiyyah ini juga dikenal sebagai Lagu/Sholawat Wajib di
Madrasah Qudsiyyah – Kauman Menara Kudus Jawa Tengah.
Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan
Suluk Ya Mustami’un (Pembuka Sholawat Asnawiyyah)
إخوان يا مستمعون عرفنا الا شيئا کاملا إلا بهداية الله وتوفيقه فضلا منه وجودا
ألحمد لله فی الأولی فی الأخرة ولعل الله أن ينفعنابها إن شاء الله
احن إلی شفيعی فی راض شمس الضحی قرم الوجود بمحمد بدر التمام إلی العلا والگون أشرق من ديار محمد
تعالی الله جل جلاله قد مر الدنيا بنور محمد
بجاه المصطفی زال الجفا ولقی المصطفی وعيش الوری بمحمد
غن الفقرآء مديح المصطفی يافوز من يحلومادحا محمد
ألحمد لله فی الأولی فی الأخرة ولعل الله أن ينفعنابها إن شاء الله
احن إلی شفيعی فی راض شمس الضحی قرم الوجود بمحمد بدر التمام إلی العلا والگون أشرق من ديار محمد
تعالی الله جل جلاله قد مر الدنيا بنور محمد
بجاه المصطفی زال الجفا ولقی المصطفی وعيش الوری بمحمد
غن الفقرآء مديح المصطفی يافوز من يحلومادحا محمد
Teks bacaan Sholawat Asnawiyyah
يا رب صل علی الرسول محمد سر العلا
Yâ Robbi sholli ‘alâr-Rosûli Muhammadin sirril ‘ulâ
والأنبياء والمرسلين الغر ختما أولا
Wal anbiyâ-i wal mursalînal ghurri khotman awwalâ
يا رب نور قلوبنا بنور قرآن جلا
Yâ Robbi nawwir qolbanâ bi nûri Qur-ânin jalâ
وافتح لنا بدرس أو قراءة ترتلا
Waftah lanâ bidarsin au qirô-atin turottalâ
وارزق بفهم الأنبياء لنا وأي من تلا
Warzuq bifahmil anbiyâ, lanâ wa ayya man talâ
ثبت به إيماننا دنيا وأخری گاملا
Tsabbit bihi îmânanâ dunyâ wa ukhrô kâmilâ
أمان أمان أمان أمان بإندونسيا رايا أمان
Amân amân amân amân bi Indûnisiyâ Rôyâ amân
أمين آمين آمين آمين يارب يارب العالمين
Âmîn âmîn âmîn âmîn Yâ Robb Yâ Robbal ‘âlamîn
آمين آمين آمين آمين ويا مجيب السائلين
Âmîn âmîn âmîn âmîn wa Yâ mujîbas-sâ-ilîn
Suluk Asma Allah (Penutup Sholawat Asnawiyyah)
ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﺍﺧﻴﺮ ﻳﺎ ﻭﺩﻭﺩ ¤ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﻇﺎﻫﺮ ﻳﺎ ﻣﺎﺟﺪ
ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﺑﺎﻃﻦ ﻳﺎ ﺷﻬﻴﺪ ¤ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﺣﻖّ ﻭﻳﺎ ﻭﻛﻴﻞ
ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﺣﻲّ ﻭﻳﺎ ﻗﻴّﻮﻡ ¤ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﺑﺮّ ﻭﻳﺎ ﺗﻮّﺍﺏ
ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﻣﺘﻌﺎﻟﻰ ﻳﺎ ﻭﺍﻟﻰ ¤ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﻣﻨﺘﻘﻢ يا ﺣﻤﻴﺪ
ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﻋﻔﻮّ ﻳﺎ ﻣﻌﻴْﺪ ¤ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﻣﻘﺴﻂ ﻳﺎ ﺑﺪﻳْﻊ
ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﺟﻤﻴْﻊ ﻳﺎ ﺭﺷﻴْﺪ ¤ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﻏﻨﻲّ ﻳﺎ ﻣﻐﻨﻲّ
ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﻧﺎﻓﻊ ﻭﻳﺎ ﻇﺎﺭّ ¤ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﻣﺎﻧﻊ ﻭﻳﺎ ﻧﻮْﺭ
ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﻭﺍﺭﺙ ﻭﻳﺎ ﻫﺎﺩﻯ ¤ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﺻﺒﻮﺭ ﻭﻳﺎ ﺑﺎﻗﻰْ
ﻣﻠﻚ ﺍﻟﻤﻠﻚ ﺫﺍﺍﻟﺠﻼﻝ ﻭﺍﻹﻛﺮﺍﻡ
####ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﺑﺎﻃﻦ ﻳﺎ ﺷﻬﻴﺪ ¤ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﺣﻖّ ﻭﻳﺎ ﻭﻛﻴﻞ
ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﺣﻲّ ﻭﻳﺎ ﻗﻴّﻮﻡ ¤ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﺑﺮّ ﻭﻳﺎ ﺗﻮّﺍﺏ
ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﻣﺘﻌﺎﻟﻰ ﻳﺎ ﻭﺍﻟﻰ ¤ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﻣﻨﺘﻘﻢ يا ﺣﻤﻴﺪ
ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﻋﻔﻮّ ﻳﺎ ﻣﻌﻴْﺪ ¤ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﻣﻘﺴﻂ ﻳﺎ ﺑﺪﻳْﻊ
ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﺟﻤﻴْﻊ ﻳﺎ ﺭﺷﻴْﺪ ¤ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﻏﻨﻲّ ﻳﺎ ﻣﻐﻨﻲّ
ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﻧﺎﻓﻊ ﻭﻳﺎ ﻇﺎﺭّ ¤ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﻣﺎﻧﻊ ﻭﻳﺎ ﻧﻮْﺭ
ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﻭﺍﺭﺙ ﻭﻳﺎ ﻫﺎﺩﻯ ¤ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﺻﺒﻮﺭ ﻭﻳﺎ ﺑﺎﻗﻰْ
ﻣﻠﻚ ﺍﻟﻤﻠﻚ ﺫﺍﺍﻟﺠﻼﻝ ﻭﺍﻹﻛﺮﺍﻡ
Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan
Rabu, 18 Mei 2016
KAROMAH “Si Linggis” dari Desa Cidahu TASIKMALAYA
Ada seorang wali besar di Tanah Jawa. Sejak muda ia sudah terkenal dengan sebutan “Si Linggis”, karena analisisnya yang sangat tajam setiap kali mengkaji ilmu-ilmu agama dengan pendekatan tasawuf.
Di Desa Cidahu, Tasikmalaya, Jawa Barat, pada akhir abad ke-19, tepatnya tahun 1884, lahirlah seorang jabang bayi yang kelak menjadi ulama besar. Orangtuanya memberinya nama Abdul Fatah. Sejak muda ia sudah tertarik pada kehidupan rohaniah dengan menimba ilmu tarekat pada K.H. Sudja’i, guru mursyid Tarekat Tijaniyah, selama tujuh tahun sejak 1903.
Selama menjadi santri, Abdul Fatah terkenal dengan sebutan “Si Linggis”, karena analisisnya terhadap berbagai ilmu agama yang sangat tajam. Terutama ketika ia menganalisis dengan menggunakan ilmu nahu dan saraf dengan pendekatan tasawuf. Ia suka belajar dengan membaca berbagai kitab, sehingga beberapa pelajaran yang belum sempat disampaikan oleh gurunya sudah ia kuasai.
Suatu hari, ia membaca ayat 17 surah Al-Kahfi, “Barang siapa diberi hidayah oleh Allah, dia termasuk orang yang diberi petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, dia sekali-sekali tidak akan mendapatkan seorang wali yang mursyid.” Ia lalu bertanya kepada Kiai Sudja’i, “Siapakah wali mursyid yang dimaksud dalam ayat ini?” Kiai Sudja’i menjelaskan perihal wali mursyid sebagai guru tarekat, sementara mencari wali mursyid merupakan keharusan. Tapi, karena Kiai Sudja’i mengaku bukan wali mursyid, Abdul Fatah disarankan untuk mencari wali mursyidnya.
Maka berangkatlah Abdul Fatah mencari wali mursyid dengan mengunjungi para ulama di Jawa dan Sumatra. Karena belum menemukan, ia lalu mencarinya ke Timur Tengah, khususnya Mekah. Maka pada 1922 ia pun berangkatlah, dengan membawa seluruh anggota keluarganya. Sampai di Singapura, kapal yang mereka tumpangi rusak. Terpaksalah ia bermukim di Negeri Singa itu. Ia tinggal di Kampung Watu Lima, kemudian di Kampung Gelang Serai, selama lima tahun. Di sanalah ia, suatu hari, bertemu Syekh Abdul Alim Ash-Shiddiqy dan Syekh Abdullah Dagistani, yang mengajarkan Tarekat Sanusiyah.
Pada 1928, setelah memulangkan keluarganya ke Tasikmalaya, ia berangkat ke Mekah bersama beberapa jemaah haji Indonesia, seperti K.H. Toha dari Pesantren Cintawana, Tasikmalaya, dan K.H. Sanusi dari Pesantren Syamsul Ulum, Gunungpuyuh, Sukabumi (lihat Alkisah edisi 17/III/2005, Khazanah). Selama di Mekah, Abdul Fatah bergabung dengan Zawiyah Sanusiyyah di Jabal Qubais, mengaji kepada Syekh Ahmad Syarif As-Sanusi selama lima tahun.
Karena sangat alim, belakangan Abdul Fatah mendapat kepercayaan membaiat atau menalkin murid tarekat yang baru masuk. Selama belajar tarekat kepada Syekh Ahmad Syarif, ia sempat mengalami berbagai ujian. Suatu hari, ketika tengah mengajar, Syekh Ahmad Syarif mengamuk dalam majelisnya. Apa saja yang ada di dekatnya dilempar ke arah murid-muridnya. Semua muridnya lari berhamburan karena takut. Namun, ada seorang murid yang bergeming, tetap diam di tempat. Dialah Abdul Fatah.
Kursi Istimewa
Sebagai guru mursyid tarekat, Syekh Ahmad Syarif biasa duduk di kursi istimewa, dan tak seorang pun berani mendudukinya. Mengapa? Sebab, siapa yang berani mendudukinya, badannya akan hangus. Suatu hari Syekh Ahmad memerintahkan Abdul Fatah untuk menggantikannya mengajar. Maka dengan tenang Abdul Fatah duduk di kursi istimewa itu, tanpa ada kejadian apa pun yang mencelakakannya.
Akhirnya, pada suatu hari, Syekh Ahmad Syarif memanggilnya. Ia menceritakan, semalam Rasulullah SAW memerintahkan untuk melimpahkan kekhalifahan Tarekat Sanusiyah kepada Abdul Fatah Al-Jawi untuk dikembangkan di negerinya. Sejak itu Abdul Fatah mendapat gelar Syekh Akbar Abdul Fatah. Setelah itu, lebih kurang dua tahun kemudian, Syekh Ahmad Syarif As-Sanusi pun wafat.
Pada 1930, Syekh Akbar Abdul Fatah pulang kampung dengan membawa ajaran Tarekat Sanusiyah, yang di kemudian hari berganti nama menjadi Tarekat Idrisiyah karena tiga alasan. Pertama, untuk berlindung dari tekanan politik kaum kolonialis Belanda. Kedua, kandungan ajaran kedua aliran itu sama, karena Idrisiyah juga merupakan anak Tarekat Sanusiyah, yang sama-sama berguru kepada Syekh Ahmad bin Idris. Ketiga, untuk mendapatkan berkah Syekh Ahmad bin Idris atas keistimewaan lafaz zikirnya yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan NabiKhidlir, yaitu Fi kulli lamhatin wa nafasin ‘adada ma wasi’ahu ‘ilmullah ....
Di Cidahu, Syekh Akbar Abdul Fatah menghadapi berbagai tantangan, baik dari penjajah Belanda maupun para jawara. Namun semua itu ia hadapi tanpa takut sedikit pun. Tiga tahun kemudian ia mulai mendirikan beberapa zawiah di beberapa tempat, terutama di Jawa Barat, masing-masing dilengkapi dengan sebuah masjid, Al-Fatah. Pada 1930, ia sempat berdakwah sampai ke Batavia, singgah di Masjid Kebon Jeruk, kini di kawasan Jakarta Kota. Ia juga sempat mengembangkan tarekat di Masjid Al-Makmur, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Suatu hari ia mengembangkan tarekat di Masjid Al-Falah di Batutulis, kini di kawasan Harmoni, Jakarta Pusat. Di sana ia juga harus menaklukkan para jawara. Dan sejak itu syiar dakwah Islam terus berkembang. Banyak muridnya yang kemudian mewakafkan tanah untuk digunakan sebagai zawiah. Ia juga membangun sebuah asrama untuk tempat tinggal para santri dari jauh. Di tengah kesibukannya mengajar di Batavia, dua minggu sekali ia menyempatkan diri mengajar di kampung halamannya.
Pada 1940, karena pesantrennya di Cidahu sudah tidak bisa menampung jemaah, ia lalu memindahkannya ke Kampung Pagendingan, Kecamatan Cisanyong, Kabupaten Tasikmalaya.
Sebagai wali, Syekh Akbar Abdul Fatah memiliki banyak karamah. Suatu hari, dalam perang kemerdekaan, pasukan Hizbullah (Yang didirikan KH Hasyim asy'ari pendiri NU), yang terdiri dari para santri pimpinan Syekh Akbar Abdul Fatah, dibombardir oleh pesawat Belanda. Namun, bom-bom itu tidak meledak. Apa pasal? Karena Syekh Akbar Abdul Fatah telah membekali para santrinya dengan air yang telah didoainya. “Air doa” sang wali inilah yang, atas izin Allah SWT, menangkal bom-bom penjajah kafir tersebut.
Perampok Arab
Suatu hari seorang nelayan terdampar sampai ke pantai Australia. Ia kemudian berdoa, “Ya Allah, mengapa Engkau asingkan aku yang lemah ini di sini? Padahal, aku hanya bermaksud mencari nafkah buat anak-istriku. Ya Allah, datangkanlah penolong.” Ketika itulah ia melihat seorang ulama bertubuh tinggi besar berpakaian serba putih. Tiba-tiba ia memindahkan perahu nelayan itu ke tempat asalnya. Setelah selamat, nelayan itu menawarkan ikan besar yang baru saja ditangkapnya kepada ulama penolongnya itu.
Dengan tersenyum, ulama tersebut berkata, “Aku tidak membutuhkan ikan itu. Jika engkau ingin menjumpaiku dan menjadi muridku, datanglah ke Pagendingan, Tasikmalaya.” Setelah itu ulama tinggi bear itu pun lenyap dari pandangan mata. Selang beberapa minggu kemudian, nelayan itu datang ke Pesantren Pagendingan. Di sana ia bertemu seorang ulama yang fisik dan gerak-geriknya persis seperti yang ia lihat di pantai Australia. Ia tiada lain adalah Syekh Akbar Abdul Fatah.
Karamah yang lain terjadi ketika Syekh Akbar Abdul Fatah berada di Mekah. Suatu hari ia ingin berziarah ke makam Rasulullah SAW di Medinah. Membawa bekal secukupnya, bersama beberapa kiai dari Jawa, ia berjalan kaki menuju Medinah. Di tengah perjalanan, rombongan itu dihadang perampok bersenjata lengkap. Rombongan peziarah itu terkepung oleh perampok yang mengendarai kuda dengan menghunus pedang. Syekh Akbar lalu memerintahkan rombongannya melepaskan apa saja yang ada di tangannya ke kanan dan kiri, sebagai kepasrahan seorang hamba yang lemah tak berdaya.
Sambil melepaskan apa yang dimiliki, Syekh Akbar berteriak dengan suara lantang, ”Ash-shalatu was salamu ‘alaika ya Rasulallah! Qad Dhaqat hilati, adrikni ya Rasulallah!” (Selawat dan salam serajahtera atas Tuan, wahai Rasulullah! Mohon lenyapkan rintangan jalan kami menuju engkau, wahai Rasulullah!). Ajaib! Kontan para perampok itu berteriak-teriak kesakitan sambil memegang leher mereka, “Ampun ya Syekh Jawa, ampun ya Syekh Jawa! Panas, panas!”
Pemimpin perampok itu lalu minta maaf, mohon dibebaskan dari siksaan. Maka Syekh Akbar pun mendekati dan menepuk pundak para perampok itu satu per satu. Barulah rasa sakit karena panas tak terkirakan di tenggorokan itu reda. Seketika itu pemimpin perampok menyatakan bertobat, dan bersedia mengantarkan rombongan ke mana saja. “Kalian adalah bangsa Arab yang berdekatan dengan kampung Rasulullah SAW, sedangkan kami datang dari negeri yang sangat jauh – tapi demi berziarah kepada Rasulullah SAW. Tidakkah kalian malu melakukan hal yang tidak terpuji ini? Sudah sepantasnya kalian lebih berbangga daripada kami, karena negeri kalian dikunjungi banyak orang dari seluruh pelosok negeri.”
Syekh Akbar Abdul Fatah wafat pada 1947 dalam usia 63 tahun, dimakamkan dalam kompleks Pesantren Al-Fathiyah al-Idrisiyah, Jalan Raya Ciawi Km 8, Kampung Pagendingan, Kecamatan Cisanyong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Sejak itu pemimpin Tarekat Idrisiyah diserahkan kepada Syekh Akbar Muhammad Dahlan. Pada 11 September 2001 Syekh Dahlan wafat, dan tongkat kepemimpinan tarekat diserahkan kepada Syekh Akbar Muhammad Daud Dahlan.
Baca Kisah Karomah Para Wali Lainnya hanya di :
Kumpulan Karomah Syaikh Abdul Qodir Jailani Ra
Dan
Habib Gus Dur Wali Ke-10
Senin, 16 Mei 2016
CERITA NENEK PEMUNGUT DAUN YANG MENGHARAP SYAFA'AT ROSULULLOH SAW
Di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.
Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.
Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. “Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu, “Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.”
Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. Sekarang ia sudah meninggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.
“Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan shalawat kepadanya.”
Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Alloh swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Alloh. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasululloh saw.
SEMOGA ADA BERKAHNYA/.,.,.,,.,.,AAAAmminnn
MEMAHAMI 'TURI-TURI PUTIH' ciptaan Kanjeng Sunan Kali Jaga
Turi-turi putih
Tak tandur ning kebun
agung
Seleret tiba nyemplung
Mbok ira kembange opo.
INI tembang Jawa kuno, yang dulu kerap
ditembangkan oleh bocah-bocah yang bermain di halaman tatkala rembulan lagi
bundar-bundarnya. Biasa ditembangkan bocah angon yang tengah menjaga
kambingnya, atau anak sekolah ketika diminta gurunya untuk tampil di depan
kelas. Kini tembang itu tidak lagi berkumandang. Anak-anak sekarang sebagian
malah tak mengenalnya lagi. Padahal
betapa tingginya makna yang terkandung dalam Turi-turi putih. Betapa dalam
ajaran yang berada dalam larik-larik tembang itu.
Tembang itu dibuka dengan kata turi. Menurut Ki Sudrun, personel kelompok musik Kiai Kanjeng Yogyakarta, turi adalah
bunga dari pohon turi. Bunga atau kembang. Tembang ini segera mengajak kita
merenung: adakah yang lebih indah dari kembang? Kembang adalah perlambang
keindahan, kerendahhatian, apik, dan tepat. Manusia semestinya mengikuti laku kembang, harus selalu berupaya
untuk menjadi kembang, harus senantiasa berproses dan bertumbuh kembang. Tidak
boleh statis supaya tidak sama kodratnya dengan batu, bangku, atau benda mati
lainnya.
Manusia kembang adalah manusia yang manfaat. Setiap
pribadi perlu berproses menjadi
kembang-kembang: bagi dirinya dan
lingkungannya. Berproses, ibarat melewati godogan dalam kuali, berproses untuk matang dan menjadi sesuatu.
Proses ini panjang dan berat. Sayangnya orang sekarang kerap tidak mau melewati
proses, maunya langsung enak, instan.
Tembang kita ini mengajak kita menjadi kembang turi.
Menjadi kembang saja sudah indah, apalagi menjadi turi-turi putih. Kembang
kesucian. Putih adalah nurani. Dalam semua warna pada hakikatnya ada unsur
putihnya. Putih menuju kesempurnaan dan kesucian. Suci angan-angan berarti
menjaga kesucian pikiran dari rusuh dan selingkuh. Suci kaki berarti tidak
menendang orang. Suci tangan bermakna tidak memukul liyan, suci dalam arti
agama berarti wudhu atau toharoh.
Begitulah, dari Turi-turi
Putih kita telah dapatkan ajaran mulia untuk selalu berproses menjadi
kembang, menjadi sosok yang tepat, indah, dan manfaat. Terus mencoba menjadi
turi-turi yang suci.
Larik berikutnya adalah tak tandur ning kebun agung. Saya tanam di kebun agung. Apa kebung
agung? Kebun agung bukan sekadar bumi yang datar tempat berkebun. Di sini,
dalam tembang yang konon digubah oleh Kanjeng Sunan Kalijogo ini, kebun agung
dapat dimaknai sebagai kebun jiwa kita. Maka pertanyaannya: maukah kita memanam
turi-turi putih ke dalan bumi agung
jiwa kita? Maukah kembang kesucian kita tanam dalam bumi jembar hati nurani
kita?
Hai nafsu mutmainah, jiwa yang tenang masuklah ....dst
Seleret tiba
nyempung. Seleret menggambarkan sebuah proses dalam keanekaragaman, dalam
pelangi warna. Semua diri kita berproses dalam warna yang berbeda-beda. Dalam
proses pengalaman, pembelajaran, dan pendewasaan yang berlainan, dengan agama
dan keyakinan berbeda, merah, kuning, hijau, nila, ungu. Namun apapun warnanya
maka cemplungkanlah kedalam jiwa yang jernih. Maukah bulu, kuku, tulang, tubuh
kita kita nyemplung ke dalam nurani? Maukah turi-turi putih kita benamkan ke
bumi jembar jiwa kita?
Manakala kita berani memasuki kedirian kita, maka
kita menjadi gampang tafakur, mau merenung. Maka kita tergerak untuk selalu
introspeksi: Siapa sesungguhnya diri kita? Itulah yang disebut dalam ending tembang itu sebagai ungkapan
pertanyaan “mbok iro kembange opo?”
Tanyakan pada diri kita setiap waktu. Kembang apakah
sejatinya aku? Kembang mawar yang harum baunya, ataukah kembang gaceng yang
busuk atau kembang kamboja beraroma kematian? Kitalah yang menentukan mau
menjadi kembang jenis apa? Ini bukan soal nasib tetapi lebih merupakan pilihan.
Tembang Turi-turi
Putih berhenti sampai di sini, sampai pada pertanyaan mbok iro kembange opo. Kalau dinyanyikan lagi bakal kembali ke bait
awal berputar bagai siklus roda pedati. Mirip lagu dolanan berkarakter rap: Joko
Penthil Thela-thelo ayo lo... lopis mambu ayo mbu.....mbukak tenong... ayo
nong.... dan seterusnya.
Tetapi masyarakat lazimnya suka menambahkan barang
satu atau beberapa bait lagi dari tembang Turi-turi
Putih. Sah saja. Mari kita coba menambah dua bait yang lazim digunakan:
Kembang-kembang
nongko
Kembang nongko arum
gandane
Yen kepingin gak
tumbal nyowo
Ora tinggal katresnane
Kembang-kembang kacang
Yen disawang apik
rupane
Yen kepingin uripmu
padang
Ojo adoh karo asale
Tetapi tembang bukan
pasal undang-undang yang monotafsir. Tembang, seperti juga karya puisi dan
karya seni lainnya, memuat sejuta tafsir. Jadi, monggo kalau sampeyan punya tafsir sendiri terhadap Turi-turi Putih.
Filosofi dan Makna Tembang Lir-Ilir Sunan Kalijaga Sebuah Hakikat Kehidupan
Pendahuluan.
Sunan
Kalijaga merupakan salah satu wali songo yang terkenal. Sunan Kalijaga lahir
pada tahun 1455 Masehi,
pada waktu muda Sunan Kalijaga bernama Raden Said atau Jaka Said selain itu disebut
juga dengan nama Syekh Malaya, Lokajaya, raden Abdurrahman dan pangeran tuban[1] . Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban keturunan
dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Sunan Kalijaga sangat bersifat
toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika
diserang pendiriannya. Maka masyarakat harus didekati secara bertahap demi
tahap, prinsipnya mengikuti sambil mempengaruhi. Itulah salah satu taktik
dakwah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami,
dengan sendirinya kebiasaan lama akan hilang. Beliau selalu memperkenalkan agama
secara luwes tanpa menghilangkan adat-istiadat/ kesenian daerah (adat lama yang
ia beri warna Islami) yang telah ada sebelumnya. Beliau terkenal dengan
dakwahnya yang ajarannya terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia
menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk. Seni suara
suluk karya Sunan Kali Jaga yang terkenal salah satunya adalah tembang lir-ilir.
Pembahasan
Lagu Ilir Ilir pada zaman Kerajaan Jawa Islam sangat populer
dinyanyikan sebagai tembang dholanan dikalangan anak-anak dan masyarakat di Jawa.
Dalam orde lama dan orde baru nyanian ini terdaftar sebagai lagu wajib dalam lembaga-lembaga umum di Jawa timur dan
Jawa Tengah. Namun pada era reformasi sekarang ini lagu tersebut jarang
dinyanyikan kalangan anak-anak bahkan sudah tidak pernah lagi, Lagu ini mulai
kembali digemakan baik dalam nuansa religius sebagaimana ditampilkan oleh grup
musik Kiai Kanjeng yang
digawangi seniman dan budayawan Emha Ainun Najib maupun dalam konsep aslinya
yaitu dolanan yang mulai dipopulerkan oleh grup band bernama Rich Band.
Sunan Kalijaga sangat akrab ditelinga rakyat apalagi didaerah Jawa,
Beliau sangat terkenal karena berbagai ciptaanya dan dakwahnya .Salah satunya
menciptakan tembang seperti Tembang Rumekso
in Wengi dan tembang Lir Ilir. Lir-ilir merupakan salah satu
tembang Jawa di gunakan Sunan Kalijaga untuk melakukan dakwah Islam di Jawa. Tembang lir-ilir tersebut berbunyi :
“Lir-ilir, Lir
Ilir , Tandure wus sumilir , Tak ijo
royo-royo ,Tak sengguh temanten anyar, Cah Angon, Cah Angon , Penekno
Blimbing Kuwi , Lunyu-lunyu penekno Kanggo Mbasuh Dodotiro, Dodotiro Dodotiro, Kumitir Bedah ing, pinggir , Dondomono,
Jlumatono , Mumpung Padhang Rembulane, Mumpung Jembar Kalangane ,
Yo surako surak Iyo”
Tembang lir-ilir
ini populer dalam berbahasa jawa karena diciptakan di Jawa, arti dalam bahasa
indonesianya kurang lebih seperti ini :
“Sayup-sayup,
Sayup-sayup bangun (dari tidur). Tanaman-tanaman sudah mulai bersemi, demikian
menghijau bagaikan gairah pengantin baru. Anak-anak penggembala, tolong
panjatkan pohon blimbing itu, walaupun licin tetap panjatlah untuk mencuci
pakaian. Pakaian-pakaian yang koyak disisihkan. Jahitlah benahilah untuk
menghadap nanti sore. Selagi sedang terang rembulannya. Selagi sedang banyak
waktu luang. Mari bersorak-sorak ayo”
Tembang ini memiliki makna yang mendalam dan makna khusus karena
tembang ini bukan tembang biasa. Jika kita dapat memaknai nya secara mendalam,
tembang ini sebagai inspirasi kacamata kehidupan kita. Tembang karya Kanjeng
Sunan ini memberikan hakikat kehidupan dalam bentuk syair yang indah. Carrol
McLaughlin, seorang profesor harpa dari Arizona University terkagum
kagum dengan tembang ini, beliaupun sering memainkannya. Dalam alinea pertamanya
berbunyi “Lir-ilir-Lir-ilir, Tandure wus
sumilir , ijo royo-royo, Tak sengguh temanten anyar” mempunyai
makna bagunlah bukan berarti bangun dari tempat tidur. Tetapi kita diminta bangun
dari keterpurukan, bangun dari sifat malas, bangun dari kebodohan tentang tidak
mengenal Allah, bangun dari sifat yang buruk penyakit hati, bangun dari
kesalahan-kesalahan dan hendaknya kita senantiasa mohon ampun kepada Allah dan
brdzikir untuk lebih mempertebal keimanan yang telah ditanamkan oleh Allah dan
lebih mendekatkan diri kepada Allah. “tandure wus sumilir, Tak ijo
royo-royo tak, senggo temanten anyar”. Bait ini mengandung makna jika kita telah berdzikir kita akan
mendapatkan banyak manfaat bagi kita sendiri dan menghasilkan buah makrifat
atas izin Tuhannya. Pengantin baru ada yang mengartikan sebagai Raja-Raja Jawa
yang baru memeluk agama Islam. Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat
untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih
level pemula, layaknya penganten baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya
msih dalam level pertama.
Selanjutnya makna Cah Angon-cah
angon Penekno Blimbing Kuwi Lunyu-lunyu
penekno Kanggo mbasuh dodotiro . “Cah angon” ? kenapa kata yang di pilih
Sunan Kalijaga adalah cah angon, bukan presiden atau para pengusaha, ini
menjadi pertanyaan besar buat kita ? Sunan Kalijaga memilih kata “cah angon” karena
pada dasarnya cah angon adalah pengembala, Pengembala mempunyai makna seorang
yang mampu membawa makmumnya, seorang yang mampu “menggembalakan” makmumnya
dalam jalan yang benar yang diridhoi oleh Allah. Pengembala dalam tembang disini
masksudnya dapatkah kita menggembalakan dan menahan hati kita dari dorongan
hawa nafsu yang demikian kuatnya dan menahan hal-hal yang membuat kita akan
cenderung melakukan dosa. Kita harus menentang hawa nafsu yang dapat menejerumuskan
kita ke lembah syetan yang tidak diridhoi
Allah, dengan cara berpegang teguh dengan rukun Islam yang yang notabene buah
belimbing bergerigi lima buah yang di ibaratkan rukun islam. Jadi meskipun sulit, kita harus sekuat tenaga
tetap berusaha menjalankan rukun islam yang merupakan dasar dari agama Islam meskipun
banyak halangan dan rintangan. “Penekno” ? dalam bahasa indonesia adalah
“panjatlah” ini adalah ajakan para wali kepada Raja-Raja tanah Jawa untuk memeluk
Islam dan mengajak masyarakat untuk mengikuti jejek para pemimpin Islam Nabi
dan Rosul dalam menjalankan syari’at Islam. Walaupun dengan penuh rintangan baik
harta, benda maupun tahta dan godaan
lain maka kita harus tetep bertaqwa kepada Allah.
“Dodotiro Dodotiro, Kumitir Bedah ing pinggir”, yang maknanaya Pakaian
taqwa harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita hindari dan kita tinggalkan,
perbaiki kehidupan dan akhlak kita, seperti merajutpakaian hingga menjadi pakaian
yang indah ”karena sebaik-baik pakaian adalah pakaian bertaqwa kepada Allah. Dondomono,
Jlumatono, Kanggo Sebo Mengko sore ini Pesan dari para wali bahwa suatu
ketika kamu akan mati dan akan menemui Sang Maha Pencipta untuk
mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu didunia baik amal baik maupun amal
buruk. Maka perbaikilah dan sempurnakanlah
ke-Islaman kita agar kita selamat pada hari pertanggung jawaban kelak. Pakaian
taqwa kita sebagai manusia biasa pasti terkoyak dan berlubang, untuk itu kita
diminta untuk selalu memperbaiki dan membenahinya agar kelak kita sudah siap
ketika dipanggil menghadap kehadirat Allah SWT.
Mumpung padhang rembulane
Mumpung jembar kalangane Yo surako surak iyo!!! Selagi
kita masih ada kesempatan, kita harus senantiasa mohon ampun kepada Allah,
menahan hawa nafsu duniawi yang dapat menjermuskan kita, dan senantiasa
bertaqwa kepada Allah sebagai bekal pertanggung jawaban kita kelak di akhirat. Begitulah,
para wali mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan hal tersebut
ketika pintu hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di
depan mata kita, ketika usia masih menempel pada hayat kita ketika kita masih
di beri kesehatan . Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai.
Dari uraian diatas kita melihat bagaimana Sunan Kalijaga secara jenius
menerjemahkan ajaran Islam dalam rangkaian syair dan tembang pendek yang
memiliki makna mendalam mengenai perlunya seseorang dalam memperhatikan hidup kita
selama di dunia ini. Jangan hanya berorientasi pada keduniawian melainkan
berorientasikan pada kehidupan dalam alam kekekalan yaitu akhirat. Sehingga
kehidupan dunia dan akhirat harus seimbang. Sunan Kalijaga mengingatkan manusia
bahwa kita mempunyai pertanggung jawaban
pribadi kepada Tuhan, Karena semua perbuatan kita akan dimintai pertanggung
jawaban dari kita. Sunan Kalijaga menawarkan Islam sebagai jalan dan bekal
untuk menghadapi kematian dan pertanggungjawaban akhir. Dengan berbekal mengenai
keislaman dengan Rukun Imannya yaitu Sahadat, Sholat, Zakat, Shaum, Haji dan
senantiasa melakukan hal-hal yang baik menjauhi perbuatan buruk untuk
mendapatkan kehidupan yang baik diakhirat nanti
Kesimpulan
Tembang lir-ilir ciptaan Sunan
Kalijaga ini mempunyai makna yang mendalam dan dapat menginspirasi hakikat
kehidupan kita. Karena dalam tembang jawa ini mengandung unsur-unsur ajakan
untuk kembali kepada Allah, senantiasa mengingat kepada Allah, dan menahan hawa
nafsu agar kita tidak terjerumuskan ke lembah yang tidak di ridho’i Allah,
selalu mohon ampun kepada Allah. Sunan Kalijaga juga meningatkan kepada kita
bahwa perbuatan baik dan amalan menempati peran penting termasuk Sahadat,
Sholat, Zakat, Haji, Puasa dalam Islam sebagai bekal yang menentukan
keselamatan seseorang yang harus dibawa dan dipertanggungjawabkan saat mereka
mengalami kematian kelak. Lagu Lir Ilir memberi kita pelajaran dan pesan,
hendaknya manusia menyadari, bahwa hidup di dunia ini tidak akan lama dalam
bahasa jawa diibaratkan “urip iku sekedar mampir ngombe” yang maknanya hidup
itu sementara, seyogjanya kita semua harus mempersiapkan diri dengan
sebaik-baiknya sehingga kelak kita akan siap ketika tiba saatnya kita semua
dipanggil menghadap kehadirot Allah SWT.
Minggu, 15 Mei 2016
KATA-KATA MUTIARA SUNAN KALI JAGA
Sunan Kalijaga atau Sunan Kalijogo adalah seorang tokoh Wali Songo yang
sangat lekat dengan umat Muslim Nusantara khususnya di Pulau Jawa,
karena kemampuannya memasukkan pengaruh Islam ke dalam tradisi Jawa.
Makam beliau berada di Kadilangu, Demak.
Riwayat Singkat Sunan Kalijaga
Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.
Kelahiran Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said. Dia adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Nama lain Sunan Kalijaga antara lain Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman.
Kata Bijak Filosofi Jawa, yang diajarkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga :
1. Memayu Hayuning Bawono, Ambrasto dur Hangkoro (Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).
2. Urip Iku Urup (Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi
orang lain disekitar kita,
Riwayat Singkat Sunan Kalijaga
Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.
Kelahiran Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said. Dia adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Nama lain Sunan Kalijaga antara lain Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman.
Kata Bijak Filosofi Jawa, yang diajarkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga :
1. Memayu Hayuning Bawono, Ambrasto dur Hangkoro (Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).
2. Urip Iku Urup (Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi
orang lain disekitar kita,
Rabu, 04 Mei 2016
(Isro Mi'roj)Cerita Ketika Senja
Isra’ Mi’raj (Perjalanan sunyi Nabi Muhammad SAW)
Seperti
yang kita ketahui bahwa pada tanggal 27 Rajab umat islam di seluruh dunia memperingati
hari isra’ dan mi’raj. Peristiwa di mana Nabi Muhammad SAW menerima perintah
secara langsung dari Allah mengenai sholat lima waktu sehari.
Isra’
dan Mi’aj adalah dua peristiwa berbeda yang dilakukan Nabi Muhammad dalam waktu
sehari semalam. Isra’ adalah perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram
(Mekah) menuju ke Masjidil Aqsa (Yerussalem). Sedangkan Mi’raj adalah perjalanan
Nabi Muhammad dari bumi menuju ke langit ke tujuh dan dilanjutkan ke Sidratul
Muntaha (akhir penggapaian) untuk menerima perintah langsung dari Allah SWT.
Dalam
Al-Quran Surat Al-Isra’ ayat 1 yang artinya :
“Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya Muhammad pada
malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Agsa yang telah kami berkahi
sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagai tanda-tanda kebesaran
Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat”. (QS . Al-Isra’:1)
Hal
yang menarik dari peristiwa Isra’ Mi’raj ini adalah perjalanan Nabi Muhammad
menuju langit ketujuh hanya dalam waktu satu malam saja. Dan tentang Mi’raj
Allah menjelaskan dalam Al-Quran Surat An-Najm ayat 13-18, yang artinya :
“Dan sesungguhnya dia Nabi Muhammad SAW telah melihat Jibril itu dalam
rupanya yang asli pada waktu yang lain, di Sidratul Muntaha. Di dekat Sidratul
Muntaha ada syurga tempat tinggal. Dia melihat Jibril ketika Sidratul Muntaha
diliputi oleh suatu selubung. Penglihatannya tidak berpaling dari yang
dilihatnya itu dan tidak pula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian
tanda-tanda kekuasaan Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm:13-18)
Dalam
perjalanannya menuju langit ketujuh Nabi Muhammad bertemu Nabi terdahulu dalam
setiap tingkatan langit. Dilangit pertama Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi
Adam A.S, di langit kedua bertemu dengan Nabi Isa dan Yahya A.S, di langit
ketiga bertemu dengan Nabi Yusuf A.S, di langit keempat bertemu dengan Nabi
Idris A.S, di langit kelima bertemu dengan Nabi Harun, di langit keenam bertemu
dengan Nabi Musa A.S dan di langit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim A.S.
1.
Langit Tingkat Pertama
Rasullulah SAW bertemu dengan
manusia sekaligus wali Allah SWT pertama di muka bumi, Nabi Adam AS. Saat
bertemu nabi Adam, Rasullulah sempat bertegur sapa sebelum akhirnya
meninggalkan dan melanjutkan perjalanannya. Nabi Adam membekali rasullulah
dengan doa, supaya rasullulah SAW selalu diberi kebaikan pada setiap urusan
yang dihadapinya. Sambil mengucapkan salam, rasullulah meninggalkan langit
pertama untuk menuju langit kedua.
2.
Langit Tingkat Kedua
Nabi Muhammad SAW bertemu dengan
Nabi Isa dan Nabi Yahya. Seperti halnya di langit pertama, rasullulah disapa
dengan ramah oleh kedua nabi pendahulunya. Sewaktu akan meninggalkan langit
kedua, Nabi Isa dan Yahya juga mendoakan kebaikan kepada rasullulah. Kemudian rasullulah
bersama Malaikat Jibril terbang lagi menuju langit ketiga.
3.
Langit Tingkat Ketiga
Rasullulah bertemu dengan Nabi
Yusuf, manusia tertampan yang pernah diciptakan Allah SWT di bumi. Dalam
pertemuannya, Nabi Yusuf memberikan sebagian dari ketampanan wajahnya kepada
Nabi Muhammad. Dan juga di akhir pertemuannya, Nabi Yusuf memberikan doa
kebaikan kepada nabi terakhir itu.
4.
Langit Tingkat Keempat
Pada tingkatan ini, rasullulah
bertemu Nabi Idris. Yaitu manusia pertama yang mengenal tulisan, dan nabi yang
berdakwah kepada bani Qabil dan Memphis di Mesir untuk beriman kepada Allah
SWT. Seperti pertemuan dengan nabi-nabi sebelumnya, Nabi Idris memberikan doa
kepada Nabi Muhammad supaya diberi kebaikan pada setiap urusan yang
dilakukannya.
5.
Langit Tingkat Kelima
Nabi Muhammad SAW bertemu dengan
Nabi Harun. Yaitu nabi yang mendampingi saudaranya, Nabi Musa berdakwah
mengajak Raja Firaun yang menyebut dirinya tuhan dan kaum Bani Israil untuk
beriman kepada Allah SWT. Harun terkenal sebagai nabi yang memiliki kepandaian
berbicara dan meyakinkan orang. Di langit kelima, Nabi Harun mendoakan Nabi
Muhammad senantiasa selalu mendapat kebaikan pada setiap perbuatannya. Setelah
bertemu, kemudian Nabi Muhammad melanjutkan perjalanannya ke langit keenam.
6.
Langit Tingkat Keenam
Nabi Muhammad dan Malaikat Jibril
bertemu dengan Nabi Musa. Yaitu nabi yang memiliki jasa besar dalam membebaskan
Bani Israil dari perbudakan dan menuntunnya menuju kebenaran Illahi. Nabi Musa
juga terkenal dengan sifatnya yang penyabar dan penyayang selama menghadapi
kolot dan bebalnya perilaku Bani Israil. Selama bertemu dengan Muhammad, Nabi
Musa menyambut layaknya kedua sahabat lama yang tidak pernah bertemu. Penuh
kehangatan dan keakraban. Sebelum Nabi Muhammad pamit meninggalkan langit
keenam, Nabi Musa melepasnya dengan doa kebaikan.
7.
Langit Tingkat Ketujuh
Di langit ini, Nabi Muhammad bertemu
dengan sahabat Allah SWT, bapaknya para nabi, Ibrahim AS. Sewaktu bertemu, Nabi
Ibrahim sedang menyandarkan punggungnya ke Baitul Ma’muur, yaitu suatu tempat
yang disediakan Allah SWT kepada para malaikatnya. Setiap harinya, tidak kurang
dari 70 ribu malaikat masuk ke dalam.
Kemudian Nabi Ibrahim mengajak
Muhammad untuk pergi ke Sidratul Muntaha sebelum bertemu dengan Allah SWT untuk
menerima perintah wajib shalat. Sidratul Muntaha merupakan sebuah pohon yang
menandai akhir dari batas langit ke tujuh. Masih dalam hadits yang sama,
rasullulah SAW menceritakan bentuk fisik dari Sidratul Muntaha, yaitu berdaun
lebar seperti telinga gajah dan buahnya yang menyerupai tempayan besar.
Namun ciri fisik Sidratul Muntaha berubah
ketika Allah SWT datang. Bahkan Nabi Muhammad sendiri tidak bisa berkata-kata
menggambarkan keindahan pohon Sidratul Muntaha. Pada kepecayaan agama lain,
Sidratul Muntaha juga diartikan sebagai pohon kehidupan. Di Sidratul Muntaha
inilah Nabi Muhammad berdialog dengan Allah SWT, untuk menerima perintah wajib shalat
lima waktu dalam sehari.
Berfirman Allah SWT : “Hai Muhammad Aku mengambilmu
sebagai kekasih sebagaimana Aku telah mengambil Ibrahim sebagai kesayangan dan
Akupun memberi firman kepadamu seperti firman kepada Musa Akupun menjadikan
umatmu sebagai umat yang terbaik yang pernah dikeluarkan pada manusia, dan
Akupun menjadikan mereka sebagai umat wasath (adil dan pilihan), Maka ambillah
apa yang aku berikan kepadamu dan jadilah engkau termasuk orang-orang yang
bersyukur“.
“Kembalilah kepada umatmu dan sampaikanlah kepada
mereka dari Ku”. Nabi kemudian menerima perintah untuk membawa amanah Allah
berupa shalat 50 waktu dalam sehari semalam untuk Nabi Muhammad dan umatnya.
Kemudian Rasulullah turun ke Sidratul Muntaha. Dalam
perjalanan pulang di langit keenam, beliau bertemu Musa A.S. Terjadilah
percakapan di antara keduanya, Musa menanyakan apa yang dibawa Muhammad setelah
menghadap Allah. Muhammad kemudian menjelaskan mengenai perintah untuk
melakukan shalat 50 waktu dalam sehari semalam. Musa lantas menyuruh Muhammad
untuk kembali menghadap Allah dan meminta keringanan.
Muhammad lantas kembali kehadirat Allah untuk meminta
keringanan. Permintaan tersebut dikabulkan, perintah shalat diturunkan menjadi
45 kali. Setelah itu Muhammad kembali dan bertemu lagi dengan Musa. Dikisahkan
Nabi Muhammad SAW sempat beberapa kali pulang pergi untuk meminta keringanan shalat,
hingga akhirnya turun menjadi lima kali dalam waktu sehari semalam.
Setelah perintah shalat diturunkan menjadi lima waktu
dalam sehari semalam, dikisahkan bahwa Nabi Musa masih menyuruh Muhammad untuk
meminta keringanan. Tapi Nabi Muhammad tidak berani lagi melakukannya karena
malu pada Allah, ia pun rela dan ikhlas dengan ketentuan tersebut. Nabi
akhirnya kembali dengan membawa perintah shalat selama lima waktu yang kita
kenal sebagai shalat Subuh, Zuhur, Asar, Magrib dan Isya.
Seyyed Hossein Nasr dalam buku ‘Muhammad Kekasih
Allah’ (1993) mengungkapkan bahwa pengalaman ruhani yang dialami Rasulullah SAW
saat Mi’raj mencerminkan hakikat spiritual dari shalat yang di jalankan umat
Islam sehari-hari. Dalam artian bahwa shalat adalah mi’raj-nya orang-orang
beriman. Sehingga jika kita tarik benang merahnya, ada beberapa urutan dalam
perjalanan Rasulullah SAW ini.
Pertama, adanya penderitaan dalam perjuangan yang
disikapi dengan kesabaran yang dalam. Kedua, kesabaran yang berbuah balasan
dari Allah berupa perjalanan Isra Mi’raj dan perintah shalat. Dan ketiga,
shalat menjadi senjata bagi Rasulullah SAW dan kaum Muslimin untuk bangkit dan
merebut kemenangan. Ketiga hal diatas telah terangkum dengan sangat indah dalam
salah satu ayat Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 45, yang artinya:
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang
yang khusyuk. Yaitu orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui
Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (QS Al-Baqarah :45)
Shalat merupakan media untuk mencapai kesalehan
antara seorang hamba dengan Allah. Shalat juga menjadi sarana untuk menjadi
keseimbangan tatanan masyarakat yang egaliter, beradab, dan penuh kedamaian.
Makanya tidak berlebihan apabila Alexis Carrel menyatakan : “Apabila
pengabdian, sholat dan do’a yang tulus kepada Sang Maha pencipta disingkirkan
dari tengah kehidupan bermasyarakat, hal itu berarti kita telah menandatangani
kontrak bagi kehancuran masyarakat tersebut“. Perlu diketahui bahwa A. Carrel
bukanlah orang yang memiliki latar belakang pendidikan agama, tetapi dia adalah
seorang dokter dan pakar Humaniora yang telah dua kali menerima nobel atas
hasil penelitiannya terhadap jantung burung gereja dan pencangkokannya. Tanpa
pendapat Carrel pun, Al–Qur’an 15 abad yang lalu telah menyatakan bahwa shalat
yang dilakukan dengan khusu’ akan bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar,
sehingga tercipta tatanan masyarakat yang harmonis, egaliter, dan beretika.
Dengan demikian shalat sehari yang lima waktu ini
jangan sampai kita tinggalkan dengan alasan apapun, kecuali pada wanita yang
sedang datang bulan. Perintah shalat yang diberikan langsung dari Allah kepada
Muhammad merupakan perintah ibadah yang paling utama. Seperti yang dijelaskan
diatas shalat yang baik dapat mencegah perbutaan yang keji dan mungkar. Shalat
dapat diajadikan umat muslim sebagai media untuk mendekatkan diri dan
seoalah-olah kita bisa besrtemu dan melihat langsung Allah Sang Maha Pencipta.
Kita harus berusaha menghadirkan Allah ketika sedang melaksanakan shalat jangan
hanya sekedar bergerak dan membaca bacaan shalat tanpa mengetahui bahwa
sesungguhnya kita sedang berkomunikasai langsung dengan Allah. Selain sebagai
kewajiban utama seorang muslim shlat juga punya banyak hikmah bagi manusia yang
menjalankannya, salah satunya dibidang kesehatan.
Walaupun saat ini saya juga belum bisa melakukan shalat
dengan baik, karena shalat yang baik itu
berhubungan dengan keikhlasan hati kita dengan Allah. Saya pribadi tidak bisa
mendefinisikan keikhlasan tersebut. Akan tetapi suatu usaha untuk melakukan
ibadah dengan baik harus kita coba dan kita latih setiap harinya, agar kita
bisa menjadi lebih taat dan lebih mengerti tentang diri kita dan pencipta kita.
Sebagai umat beragama yang baik jadikanlah sebuah peristiwa yang ada dimuka
bumi ini sebagai pembelajaran dan sebagai penambah iman. Jadilah manusia yang “tanggap sasmita”, peka terhadap sebuah
peristiwa.
Semoga kita termasuk orang yang bisa menjadi lebih
baik dalam setiap waktunya. Manusia adalah orang yang rugi bila tidak bisa
memanfaatkan waktunya, waktu tidak akan bisa kembali. Waktu akan terus berjalan
membunuhnu dengan kejam, tanpa sebuah rasa belas kasihan untuk kembali mundur kebelakang.
Waktu adalah racun manis yang mematikan apabila kita tertipu oleh muslihat
setan. Waktu bisa berjalan lambat dan bisa berjalan cepat, tapi waktu tidak
mungkin bisa berjalan mundur kebelakang.
KISAH PERJALANAN ISRA MI'RAJ NABI MUHAMMAD SAW
Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW – Seringkali di kalangan masyarakat kita, dalam mendefinisikan isra dan mi’raj, mereka menggabungkan Isra Mi’raj menjadi satu peristiwa yang sama. Padahal sebenarnya Isra dan Mi’raj merupakan dua peristiwa yang berbeda. Dan untuk meluruskan hal tersebut, pada kesempatan ini saya bermaksud mengupas tuntas pengertian isra dan mi’raj, sejarah isra mi’raj nabi muhammad SAW serta hikmah dari perjalanan isra’ mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW.
Pengertian / Definisi Isra dan Mi’raj
Isra Mi’raj adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Muhammad dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam.
Isra Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi dan mayoritas ulama, Isra Mi’raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer.
Namun demikian, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri menolak pendapat tersebut dengan alasan karena Khadijah radhiyallahu anha meninggal pada bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan setelah bulan Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban salat lima waktu. Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra Mi’raj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra Mi’raj.
Peristiwa Isra Mi’raj terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam “diberangkatkan” oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi’raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima waktu.
Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Walaupun begitu, peristiwa ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang membuat Rasullullah SAW sedih.
Sejarah / Kisah Perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW
Perjalanan dimulai Rasulullah mengendarai buraq bersama Jibril. Jibril berkata, “turunlah dan kerjakan shalat”.
Rasulullahpun turun. Jibril berkata, “dimanakah engkau sekarang ?”
“tidak tahu”, kata Rasul.
“Engkau berada di Madinah, disanalah engkau akan berhijrah “, kata Jibril.
Perjalanan dilanjutkan ke Syajar Musa (Masyan) tempat penghentian Nabi Musa ketika lari dari Mesir, kemudian kembali ke Tunisia tempat Nabi Musa menerima wahyu, lalu ke Baitullhmi (Betlehem) tempat kelahiran Nabi Isa AS, dan diteruskan ke Masjidil Aqsha di Yerussalem sebagai kiblat nabi-nabi terdahulu.
Jibril menurunkan Rasulullah dan menambatkan kendaraannya. Setelah rasul memasuki masjid ternyata telah menunggu Para nabi dan rasul. Rasul bertanya : “Siapakah mereka ?”
“Saudaramu para Nabi dan Rasul”.
Kemudian Jibril membimbing Rasul kesebuah batu besar, tiba-tiba Rasul melihat tangga yang sangat indah, pangkalnya di Maqdis dan ujungnya menyentuh langit. Kemudian Rasulullah bersama Jibril naik tangga itu menuju kelangit tujuh dan ke Sidratul Muntaha.
“Dan sesungguhnya nabi Muhammad telah melihatJibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratull Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dariyang dilihatnya itu dan tidakpula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm : 13 – 18).
Selanjutnya Rasulullah melanjutkan perjalanan menghadap Allah tanpa ditemani Jibril Rasulullah membaca yang artinya : “Segala penghormatan adalah milikAllah, segala Rahmat dan kebaikan“.
Allah berfirman yang artinya: “Keselamatan bagimu wahai seorang nabi, Rahmat dan berkahnya“.
Rasul membaca lagi yang artinya: “Keselamatan semoga bagi kami dan hamba-hamba Allah yang sholeh. Rasulullah dan ummatnya menerima perintah ibadah shalat“.
Berfirman Allah SWT : “Hai Muhammad Aku mengambilmu sebagai kekasih sebagaimana Aku telah mengambil Ibrahim sebagai kesayanagan dan Akupun memberi firman kepadamu seperti firman kepada Musa Akupun menjadikan ummatmu sebagai umat yang terbaik yang pernah dikeluarkan pada manusia, dan Akupun menjadikan mereka sebagai umat wasath (adil dan pilihan), Maka ambillah apa yang aku berikan kepadamu dan jadilah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur“.
“Kembalilah kepada umatmu dan sampaikanlah kepada mereka dari Ku”.
Kemudian Rasul turun ke Sidratul Muntaha.
Jibril berkata : “Allah telah memberikan kehormatan kepadamu dengan penghormatan yang tidak pernah diberikan kepada seorangpun dari makhluk Nya baik malaikat yang terdekat maupun nabi yang diutus. Dan Dia telah membuatmu sampai suatu kedudukan yang tak seorangpun dari penghuni langit maupun penghuni bumi dapat mencapainya. Berbahagialah engkau dengan penghormatan yang diberikan Allah kepadamu berupa kedudukan tinggi dan kemuliaan yang tiada bandingnya. Ambillah kedudukan tersebut dengan bersyukur kepadanya karena Allah Tuhan pemberi nikmat yang menyukai orang-orang yang bersyukur”.
Lalu Rasul memuji Allah atas semua itu.
Kemudian Jibril berkata : “Berangkatlah ke surga agar aku perlihatkan kepadamu apa yang menjadi milikmu disana sehingga engkau lebih zuhud disamping zuhudmu yang telah ada, dan sampai lah disurga dengan Allah SWT. Tidak ada sebuah tempat pun aku biarkan terlewatkan”. Rasul melihat gedung-gedung dari intan mutiara dan sejenisnya, Rasul juga melihat pohon-pohon dari emas. Rasul melihat disurga apa yang mata belum pernah melihat, telingan belum pernah mendengar dan tidak terlintas dihati manusia semuanya masih kosong dan disediakan hanya pemiliknya dari kekasih Allah ini yang dapat melihatnya. Semua itu membuat Rasul kagum untuk seperti inilah mestinya manusia beramal. Kemudian Rasul diperlihatkan neraka sehingga rasul dapat melihat belenggu-belenggu dan rantai-rantainya selanjutnya Rasulullah turun ke bumi dan kembali ke masjidil haram menjelang subuh.
Mandapat Mandat Shalat 5 waktu
Agaknya yang lebih wajar untuk dipertanyakan, bukannya bagaimana Isra’ Mi’raj, tetapi mengapa Isra’ Mi’raj terjadi ? Jawaban pertanyaan ini sebagaimana kita lihat pada ayat 78 surat al-lsra’, Mi’raj itu untuk menerima mandat melaksanakan shalat Lima waktu. Jadi, shalat inilah yang menjadi inti peristiwa Isra’Mi’raj tersebut.
Shalat merupakan media untuk mencapai kesalehan spiritual individual hubungannya dengan Allah. Shalat juga menjadi sarana untuk menjadi keseimbangan tatanan masyarakat yang egaliter, beradab, dan penuh kedamaian. Makanya tidak berlebihan apabila Alexis Carrel menyatakan : “Apabila pengabdian, sholat dan do’a yang tulus kepada Sang Maha pencipta disingkirkan dari tengah kehidupan bermasyarakat, hal itu berarti kita telah menandatangani kontrak bagi kehancuran masyarakat tersebut“. Perlu diketahui bahwa A. Carrel bukanlah orang yang memiliki latar belakang pendidikan agama, tetapi dia adalah seorang dokter dan pakar Humaniora yang telah dua kali menerima nobel atas hasil penelitiannya terhadap jantung burung gereja dan pencangkokannya. Tanpa pendapat Carrel pun, Al – Qur’an 15 abad yang lalu telah menyatakan bahwa shalat yang dilakukan dengan khusu’ akan bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, sehingga tercipta tatanan masyarakat yang harmonis, egaliter, dan beretika.
Hikmah Isra Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW
Perintah sholat dalam perjalanan isra dan mi’raj Nabi Muhammad SAW, kemudian menjadi ibadah wajib bagi setiap umat Islam dan memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan ibadah-ibadah wajib lainnya. Sehingga, dalam konteks spiritual-imaniah maupun perspektif rasional-ilmiah, Isra’ Mi’raj merupakan kajian yang tak kunjung kering inspirasi dan hikmahnya bagi kehidupan umat beragama (Islam).
Bersandar pada alasan inilah, Imam Al-Qusyairi yang lahir pada 376 Hijriyah, melalui buku yang berjudul asli ‘Kitab al-Mikraj’ ini, berupaya memberikan peta yang cukup komprehensif seputar kisah dan hikmah dari perjalanan agung Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, beserta telaahnya. Dengan menggunakan sumber primer, berupa ayat-ayat Al-Quran dan hadist-hadits shahih, Imam al-Qusyairi dengan cukup gamblang menuturkan peristiwa fenomenal yang dialami Nabi itu dengan runtut.
Selain itu, buku ini juga mencoba mengajak pembaca untuk menyimak dengan begitu detail dan mendalam kisah sakral Rasulullah SAW, serta rahasia di balik peristiwa luar biasa ini, termasuk mengenai mengapa mikraj di malam hari? Mengapa harus menembus langit? Apakah Allah berada di atas? Mukjizatkah mikraj itu hingga tak bisa dialami orang lain? Ataukah ia semacam wisata ruhani Rasulullah yang patut kita teladani?
Bagaimana dengan mikraj para Nabi yang lain dan para wali? Bagaimana dengan mikraj kita sebagai muslim? Serta apa hikmahnya bagi kehidupan kita? Semua dibahas secara gamblang dalam buku ini.
Dalam pengertiannya, Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan suci, dan bukan sekadar perjalanan “wisata” biasa bagi Rasul. Sehingga peristiwa ini menjadi perjalanan bersejarah yang akan menjadi titik balik dari kebangkitan dakwah Rasulullah SAW. John Renerd dalam buku ”In the Footsteps of Muhammad: Understanding the Islamic Experience,” seperti pernah dikutip Azyumardi Azra, mengatakan bahwa Isra Mi’raj adalah satu dari tiga perjalanan terpenting dalam sejarah hidup Rasulullah SAW, selain perjalanan hijrah dan Haji Wada. Isra Mi’raj, menurutnya, benar-benar merupakan perjalanan heroik dalam menempuh kesempurnaan dunia spiritual.
Jika perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah pada 662 M menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi’raj menjadi puncak perjalanan seorang hamba (al-abd) menuju sang pencipta (al-Khalik). Isra Mi’raj adalah perjalanan menuju kesempurnaan ruhani (insan kamil). Sehingga, perjalanan ini menurut para sufi, adalah perjalanan meninggalkan bumi yang rendah menuju langit yang tinggi.
Inilah perjalanan yang amat didambakan setiap pengamal tasawuf. Sedangkan menurut Dr Jalaluddin Rakhmat, salah satu momen penting dari peristiwa Isra Mi’raj yakni ketika Rasulullah SAW “berjumpa” dengan Allah SWT. Ketika itu, dengan penuh hormat Rasul berkata, “Attahiyatul mubaarakaatush shalawatuth thayyibatulillah”; “Segala penghormatan, kemuliaan, dan keagungan hanyalah milik Allah saja”. Allah SWT pun berfirman, “Assalamu’alaika ayyuhan nabiyu warahmatullahi wabarakaatuh”.
Mendengar percakapan ini, para malaikat serentak mengumandangkan dua kalimah syahadat. Maka, dari ungkapan bersejarah inilah kemudian bacaan ini diabadikan sebagai bagian dari bacaan shalat.
Selain itu, Seyyed Hossein Nasr dalam buku ‘Muhammad Kekasih Allah’ (1993) mengungkapkan bahwa pengalaman ruhani yang dialami Rasulullah SAW saat Mi’raj mencerminkan hakikat spiritual dari shalat yang di jalankan umat islam sehari-hari. Dalam artian bahwa shalat adalah mi’raj-nya orang-orang beriman. Sehingga jika kita tarik benang merahnya, ada beberapa urutan dalam perjalanan Rasulullah SAW ini.
Pertama, adanya penderitaan dalam perjuangan yang disikapi dengan kesabaran yang dalam. Kedua, kesabaran yang berbuah balasan dari Allah berupa perjalanan Isra Mi’raj dan perintah shalat. Dan ketiga, shalat menjadi senjata bagi Rasulullah SAW dan kaum Muslimin untuk bangkit dan merebut kemenangan. Ketiga hal diatas telah terangkum dengan sangat indah dalam salah satu ayat Al-Quran, yang berbunyi “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”
Mengacu pada berbagai aspek diatas, buku setebal 178 halaman ini setidaknya sangat menarik, karena selain memberikan bingkai yang cukup lengkap tentang peristiwa Isra’ mikraj Nabi saw, tetapi juga memuat mi’rajnya beberapa Nabi yang lain serta beberapa wali. Kemudian kelebihan lain dalam buku ini adalah dipaparkan juga mengenai kisah Mikrajnya Abu Yazid al-Bisthami. Mikraj bagi ulama kenamaan ini merupakan rujukan bagi kondisi, kedudukan, dan perjalanan ruhaninya menuju Allah.
Ia menggambarkan rambu-rambu jalan menuju Allah, kejujuran dan ketulusan niat menempuh perjalanan spiritual, serta keharusan melepaskan diri dari segala sesuatu selain Allah. Maka, sampai pada satu kesimpulan, bahwa jika perjalanan hijrah menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi’raj menjadi “puncak” perjalanan seorang hamba menuju kesempurnaan ruhani.
Melihat foto di atas, mungkin banyak dari kita akan segera memilih foto sebelah kanan sebagai Masjid Al-Aqsa. Namun percayalah, foto sebelah kiri yang berupa masjid dengan kubah yang berwarna hijau itulah Masjid Al-Aqsa yang sebenarnya.
Dewasa ini, telah terjadi banyak kesalahpahaman diantara umat muslim tentang masjid Al-Aqsa yang sebenarnya. Banyak umat muslim maupun non-muslim yang mempublikasikan foto Masjid Al-Aqsa yang salah, tapi yang mengkuatirkan saat ini, kebanyakan umat muslim memajang foto Qubbatus Shakrah (Kubah Batu/ Dome of The Rock) dirumah maupun dikantor mereka dengan sebutan Masjid Al-Aqsa. Ini telah menjadi kesalahan umum di dunia muslim.
Namun tragedi sesungguhnya adalah bahwa kebanyakan generasi muda/ anak-anak muslim (sebagaimana juga muslim dewasa) diseluruh dunia, tidak dapat membedakan antara Masjid Al Aqsa dengan Qubbatus Shakrah (Kubah Batu).
Mengenal Kompleks Masjid Al-Aqsa
Al-Masjid El-Aqsa merupakan nama arab yang berarti Masjid terjauh. 10 tahun setelah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama, beliau melakukan perjalanan malam dari Mekkah ke Baitul Maqdis (Jerusalem) dan kemudian menuju langit ketujuh untuk menerima perintah sholat 5 waktu dari Allah, peristiwa ini disebut Isra’ Miraj.
Sebelum turun perintah menjadikan Mekkah sebagai kiblat sholat umat muslim, selama 16 setengah bulan setelah Isra Miraj, Jerusalem dijadikan arah kiblat.
Ketika masih hidup, Nabi Muhammad SAW memerintahkan umat muslim untuk tak hanya mengunjungi Mekkah tapi juga Masjid Al-Aqsa yang berjarak sekitar 2000 kilometer sebelah utara Mekkah.
Masjid Al-Aqsa merupakan bangunan tertua kedua setelah Ka’bah di Mekkah, dan tempat suci dan tempat terpenting ketiga setelah Mekkah dan Madinah.
Luas kompleks Masjid Al-Aqsa sekitar 144.000 meter persegi, atau 1/6 dari seluruh area yang dikelilingi tembok kota tua Jerusalem yang berdiri saat ini. Dikenal juga sebagai Al Haram El Sharif atau oleh yahudi disebut Kuil Sulaiman. Kompleks Masjid Al-Aqsa dapat menampung sekitar 400.000 jemaah (Masjid Al-Aqsa menampung sekitar 5.000 jamaah, selebihnya sholat di kompleks yang ber-area terbuka).
Pembangunan kembali kompleks Masjid Al-Aqsa dimulai 6 tahun setelah Nabi wafat oleh Umar Bin Khattab. Beliau menginginkan untuk dibangun sebuah masjid di selatan Foundation Stone (membelakangi Foundation Stone, menghadap selatan/Mekkah). Pembangunan tersebut dilakukan oleh Khalifah Ummayah Abd Al Malik Ibn Marwan dan diselesaikan oleh anaknya Al Walid 68 tahun setelah Nabi wafat dengan diberi nama Masjid Al Aqsha.
Di pusat kompleks Kuil Sulaiman, terdapat Foundation Stone yaitu batu landasan yang dipercaya umat Yahudi sebagai tempat Yahweh menciptakan alam semesta dan tempat Abraham mengorbankan Isaac. Bagi umat Islam batu ini adalah tempat Nabi Muhammad menjejakkan kakinya untuk Mi’raj. Untuk melindungi batu ini, Khalifah Abd Al Malik Ibn Marwan membangun kubah dan masjid polygon, yang kemudian terkenal dengan nama Dome of The Rock (Kubah batu).
Kekeliruan antara Masjid Al-Aqsa dengan Dome of The Rock dan Agenda Israel menghapuskan Masjidil Aqsa
Masjidil Aqsa merupakan kiblat pertama bagi Umat Islam sebelum dipindahkan ke Ka’bah dengan perintah Allah SWT. Kini berada di dalam kawasan jajahan Yahudi. Dalam keadaan yang demikian, disinyalir pihak Yahudi telah mengambil kesempatan untuk mengelirukan pengetahuan Umat Islam dengan mengedarkan gambar Dome of The Rock sebagai Masjidil Aqsa.
Tujuan mereka hanyalah satu: untuk meruntuhkan Masjidil Aqsa yang sebenarnya dan mendirikan kembali haikal Sulaiman. Saat ini, hanya “Tembok sebelah Barat” yang tersisa dari bangunan kuil atau istana Sulaiman yang masih berdiri, dan pada saat yang bersamaan tempat ini dinamakan “Tembok Ratapan/Wailing Wall” oleh orang Yahudi. Apabila Umat Islam sendiri sudah keliru dan sulit untuk membedakan Masjidil Aqsa yang sebenarnya, maka semakin mudahlah tugas mereka untuk melaksanakan rencana tersebut, karena bila Masjid Al-Aqsa diruntuhkan, kebanyakan umat tidak akan menyadarinya.
Berikut disertakan terjemahan surat yang ditulis dan dikirimkan oleh Dr. Marwan kepada ketua pengarang harian “Al-Dastour” tentang kekeliruan umat dan hubungannya dengan rencana zionis.
- Terdapat beberapa kekeliruan antara Masjidil Aqsa dan The Dome of The Rock. Apabila disebut tentang Masjidil Aqsa di dalam media lokal maupun internasional, foto The Dome of The Rock-lah yang ditampilkan. Alasannya adalah untuk mengalihkan masyarakat umum yang merupakan siasat Israel. Tinjauan ini diperoleh saat saya tinggal di USA, dimana saya telah mengetahui bahwa Zionis di Amerika telah mencetak dan mengedarkan foto tersebut dan menjualnya kepada orang arab dan Muslim. Kadangkala dijual dengan harga yang murah bahkan kadang diberikan secara gratis agar Muslim dapat mengedarkannya dimana saja. Baik dirumah maupun kantor.
Hal ini meyakinkan saya bahwa Israel ingin menghapuskan gambaran Masjid Al-Aqsa dari ingatan umat Islam supaya mereka dapat memusnahkannya dan membangun kuil mereka tanpa ada publikasi. Bila ada yang membangkang atau memprotes, maka Israel akan menunjukkan foto The Dome of The Rock yang masih utuh berdiri, dan menyatakan bahwa mereka tidak berbuat apa-apa. Siasat yang sungguh pintar! Saya juga merasa amat terperanjat ketika bertanya kepada beberapa rakyat arab, Muslim, bahkan rakyat Palestina karena mendapati mereka sendiri tidak dapat membedakan antara kedua bangunan tersebut. Ini benar-benar membuatkan saya merasa kesal dan sedih karena hingga kini Israel telah berhasil dalam siasat mereka.
Dr. Marwan Saeed Saleh Abu Al-Rub Associate Professor,
Mathematics Zayed University Dubai
Demikianlah, dengan kondisi yang mengkuatirkan ini, kita sebagai muslim hendaklah turut membantu menyebarkan informasi yang benar kepada saudara kita dan dunia. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari distorsi informasi lebih jauh yang akhirnya akan merugikan umat bila tidak disikapi dengan baik.
Wallahua’lam.
Rabu, 23 Maret 2016
KATA-KATA BIJAK ISLAMI,CINTA dan KEHIDUPAN
"Kebaikanmu (yang diridloi Allah) akan berdampak/bermanfaat bukan hanya pada dirimu saja, tapi pada siapa saja yang Ia kehendaki. Khususnya keluarga serta keturunan-keturunanmu." *tafsir surat al-kahfi ayat 18* (kado cinta di malam jum'at, madrasatul hubb, 26 jumadil ula 1432 H)
"Orang yang kuat bukanlah orang yang selalu menang berkelahi, orang yang kuat bukanlah orang yang bisa bertindak sewenang-wenang, tapi orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan emosi saat dia marah, mampu menahan hasrat/keinginan saat dia hendak mengerjakan apa yg dilarang agama." (madrasatul hubb, 24 jumadil ula 1432 H)
"Kita hidup di atas bumi ini sebenarnya hanya numpang saja sama orang-orang shalih, karena bumi ini diwariskan Allah bukan untuk siapa-siapa melainkan untuk hamba-hambanya yang shalih-shalih. Maka dari itu, cintailah orang-orang shalih, hormati mereka, muliakan mereka, karena tanpa adanya mereka dunia ini sudah pasti kiamat. Robbi fanfa'na bibarkatihim, wahdinal husna bihurmatihim, wa amitna fi thoriqotihim..."
"Di saat Allah tahu bahwa terdapat kecintaan yang sangat besar di hati nabi muhammad kepada umatnya. Maka Allah memberikan pilihan kepada beliau, "Jika kamu mau, maka akan AKU serahkan urusan umatmu (sesuai keinginanmu) kepadamu." Apa jawab beliau? (perhatikan betapa cerdasnya beliau) jawab beliau; "Tidak Tuhanku, engkau lebih sayang kepada mereka daripada aku". Kemudian Allah melanjutkan:"fala ukhzika fihim abadan" (klo begitu, "maka AKU tidak akan menyia2kan (harapan)mu pada mereka.")Shallallahu 'alihi wa alihi wa ashabihi daiman...!
Munajat Nabi Ibarahim untuk kaumnya:"Gusti, tiyang2 ingkang nderek kulo niku bolo kulo gusti! Lajeng tiyang2 ingkang mboten purun nderek kulo nggih dos pundi saene, wong njenengan nyepuronan kemawon?!" Kanjeng nabi muhammad SAW ketika turun ayat,"walasaufa yu'thika robbuka fatardlo", matur dateng gusti Allah: "Menawi kados mekaten, kulo dereng bade ridlo menawi tesih wonten umat kulo teng neroko."
"Tuhanku, hamba adalah orang yang ahli maksiat, dan hamba malu untuk meminta sesuatu padaMu. Akan tetapi hamba hendak meminta kepada siapa lagi, sementara hanya Engkau yang kuasa memberi?!" *do'a ini mujarrob*
"Uripo sak karepmu, awakmu bakal mati" Dadi nek wis wani urip, kudu wani mati. Nek ora wani mati yo ojo urip, Nek ora wani urip yo ndang matio. Wani mati tetep mati, ora wani mati yo tetep mati. Saiki wis kadung urip yo gelem ra gelem kudu siap-siap mati. (KH. Syairozi, lamongan, jatim)
"Bila ku bersandar pada dinding kebenaran... Ku sadar bahwa cintaku hanyalah kesunyian..."
Pesona cinta membutuhkan dua pijakan untuk bisa bertahan dalam waktu yang relatif lama. Maka tentang pesona fisik Imam Ghazali mengatakan: “Pilihlah istri yang cantik agar kamu tidak bosan.” Adapun tentang pesona jiwa Rasulullah SAW bersabda: “Pilihlah calon istri yang taat beragama niscaya kamu pasti beruntung.” (resep cinta, madrosatul hubb, 14 jumadil ula 1432 H)
?"Ya Rabb,.. Segala kecantikan adalah milikMu semata. Maka jangan engkau jadikan ia hijab antara diriku dan engkau, sebaliknya, jadikanlah ia pendorong sampainya hatiku kepadaMu."
?"Sesuatu yang kau rasakan manis akan melupakanmu dari susah-payahmu untuk mendapatkan sesuatu itu." (manis cinta, madrasatul hubb, 29 rabi' el-tsani 1432 H)
?"Semakin banyak yang kau cintai, maka akan semakin banyak kau tersakiti. Karena suatu saat kau pasti berpisah darinya, sementara duri-duri cinta siap melukai."(derita cinta, madrasatul hubb, 29 rabi' el-tsani 1432 H)
?"Ku kan terus memandangmu sampai ku temukan keindahanmu, atau lebih baik ku pejamkan saja mata ini agar ku tak dapat menemukan kejelekanmu." (pandangan cinta, madrasatul hubb, 26 rabi el-tsani 1432 H)
Allahumma kama farrochtahum fi hadzihid dunya, farrichhum fi tilkad daril akhiroh...! "Ya Allah, sebagaimana engkau telah membuat mereka gembira di dunia ini, buatlah mereka gembira di akhirat sana." (do'a sidi abu yazid al-bustomi untuk yang suka bersenang-senang di dunia)
Sebelum jasad qta ini saling berkenalan dan berteman, jauh sebelum qta dilahirkan, ruh kita sudah lebih duluan saling berkenalan dan berteman...
"La ikroha fil hubb, liannal hubb khulushun niyyah", Tidak ada paksaan di dalam cinta, karena cinta adalah ketulusan niat.(tafsir cinta, madrasatul hubb, 23 rabi el-tsani 1432 H)
?"Perpisahan yang disertai kerinduan, itu lebih baik daripada pertemuan yang disertai kejenuhan." (madrosatul hubb, madinat nasr, 17 rabi' el-tsani 1432 H)
Man aroda el-dunya fa'alaihi birosulillah, wa man aroda el-akhiroh fa'alaihi birosulillah, wa man aroda huma fa'alaihi birosulillah... Liannahu shollallahu 'alaihi wasallam rohmatuddunya wa sa'adatul akhiroh. aktsiru minas sholati 'ala rosulillah...
Allahumma nawwir 'uqulana bi'ilmi sayyidina rosulillah... Allahumma nawwir sulukana bifi'li sayyidina rosulillah... Allahumma nawwir qulubana bihubbi sayyidina rosulillah... ! Amien.
"Jika seorang wanita membutuhkan 1 laki-laki untuk dijadikan sebagai tambatan hatinya, maka seorang laki-laki butuh seribu wanita untuk dapat dilukai hatinya." (petuah grand syeikh madrosatul hubb, Ahmed Amiruddin bin Hosen al-Maduri)
Teknologi semakin canggih, potensi kesabaran pun semakin berkurang... Ilmu pengetahuan memang semakin maju, tapi nilai kemanusiaan justru malah semakin mundur...
?"Berenang di samudra cinta rosulullah adalah dambaan setiap umatnya,.. akan tetapi sedikit sekali orang yang mampu menyelami ombak penderitaanya." Shallallahu 'alaihi wa alihi wa shohbihi wa'alaina ma'ahum daiman wa abadan...
?"Saat seseorang terpaku dalam kesendirian, menon-aktifkan segenap perangkat indrawi, disusul membuka lebar mata dan pendengaran batin, serta menghadirkan penuh hati dalam alam malakut, seraya bergumam dalam Hati (bukan lisan): Allah-Allah-Allah, sehingga tertutup semua kekaguman pada diri dan kosmos, maka tak ada lain yang dilihatnya kecuali Allah SWT." ~Al-Ghozali, Kimia Kebahagiaan~
?"Dua bersaudara yg berbeda aliran, yg 1 rajin beribadah n sufi, yg 1 nya nakal, rajin maksiat, keduanya tidur di 1 ruangan, tiba2 Nabi SAW hadir dlm mimpi sang pemaksiat" para hadirin pun tertawa takjub,.. "anta thobibul mudznibin ya rasulullah" (cerita Dr. habib yusri al hasani dr sang saksi mata)
Hubungan cinta yang baik itu adlh yg dibangun dgn 2 hal, yaitu kesetiaan dan kejujuran. Tanpa keduanya itu, hubungan tak ubahnya hanya seperti sandawira. Krn qta gak tahu isi hati orang lain, maka kedua hal tersebut menjadi yg terpenting dalam sebuah hubungan cinta." (madrosatul hubb, 25 rabi'ul awwal 1432 H)
Lamon siro tesih gampang kebujuk pepahese gebyare dunyo, Iri drengki sugihe tonggo,... Iku tondo yen tesih kotor ati lan akalmu... (Sunan Tebu Ireng, Hadlrotus Sheikh Abdurrahman Wahid, rahimahullah)
O, Wahai bidadari berhidung alif, berbibir mim, berdagu tsa, beralis nun, bermata zamrud, berambut malam, berkulit melati, berbau misik, bersuara kecapi, dan berhati sutra... Hampiri aku dalam mimpiku!
Kebanggan itu bermacam-macam type-nya, ada yang bangga karena menjadi putra/putri raja, ada yang bangga menjadi putra/putri pejabat, ada yang bangga menjadi putra/putri orang kaya, ada yg bangga menjadi putra/putri kyai, ada yang bangga kerja di perusahaan ini, ada yang bangga sekolah/kuliah di sekolah/universitas ini, dsb. tapi jarang ada yang bangga menjadi hamba Allah.
Kembali mengenang atau lebih tepatnya terkenang masa kecil, betapa girangnya mengeja "alif ,ba, ta", kemudian beranjak besar mengeja "utawi, iki, iku" dan seterusnya-seterusnya. Namun ketika skrg mengeja "kehidupan", memaknai i'rob dan tashrifnya terasa sangat sulit bagiku, karena memang semua itu butuh guru.
Betapapun akal ini sudah berusaha merasionalkanmu, namun jiwa dan ruh ternyata lebih tajam menembus dinding-dinding keraguan... Aq sungguh merindukanMu!
"Kepenginmu ngerteni cacat-cacat sing neng njerone atimu, iku luih apik ketimbang kepenginmu ngerteni barang-barang gaib." {Sidi Ibn Athoillah As-sakandari}
Akhir2 ini aq koq gampang tersinggung klo baca al-qur'an ya? aq baca ayat-ayat utk orang2 kafir, tapi kok mirip aq? aq baca aya-ayat utk orang2 munafiq koq persis banget sama aq? trus aq coba baca ayat-ayat utk orang2 mukmin, lha koq gak mirip sama sekali?! Jan, qur'an koq nyindiran banget sih?!
Orang yang pertama kali menyambut ajaran islam adalah PEREMPUAN, yang pertama kali menjadi pendukung islam PEREMPUAN, yang pertama kali menyumbangkan hartanya untuk islam PEREMPUN, yang pertama kali syahid dalam islam PEREMPUAN, yang pertama kali shalat bersama nabi PEREMPUAN, serta masih banyak lg jasa PEREMPUAN untuk islam. Oleh karenanya, islam sangat menghormati dan memuliakan PEREMPUAN.
Saat ketika dahi baginda nabi terluka, gigi beliau patah, dan beliau tersungkur ke dalam parit sebab kecerobohan sebagian para sahabat yang tidak menghiraukan keselamatan beliau, beliau hanya tersenyum. Lalu turunlah ayat "fabima rohmatin minallai linta lahum, wa lau kunta fadzdzon gholidzol qolbi lanfadldlu min haulik..." Allahumma sholli 'ala muhammad wa alihi wa shohbihi wasallim!
?"Semua pintu yang menuju kebahagiaan sejati tertutup, kecuali pintu Rasulullah SAW. Dan semua jalan yang menuju kebaikan universal terhalang, kecuali jalan Rasulullah SAW." {happy maulid, madrosatul hubb, 12 rabi'ul awwal 1432 H}
Seseorang yang tahu diri setelah koreksi diri, wiridan batin itu cuman satu "Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillah." {dawuh gus miek Alm.}
Ya Allah,
Engkau adalah sutradara agung...
dan aku-aku ini adalah hamba-hamba yang engkau dramakan
aku adalah hambamu yang hina dina, penuh dosa, dan salah
tanpa pengampunan dan kasih sayangmu,
aku ini adalah hambamu yang paling rugi dan hancur
{pesan cinta KH. Chamim Jazuli, "Gus Miek" Alm.}
?"Puncak keberagamaan seseorang adalah manakala dia sudah mampu bertaqwa dengan sebenar2-nya taqwa, dan ini tidak ada batasnya. Sampai pada derajat seorang nabi pun masih diperintahkan untuk bertaqwa "ya ayyuhan nabiyyu ittaqillah". Dan satu hal yg paling dekat dgn taqwa adalah "al-'adlu" (adil), adil kpd diri sendiri, adil kpd org lain, adil kpd alam, dan adil kpd Tuhan. "{madrosatul hubb, 10 Rabi'ul Awwal 1432 H}
Ada empat jalan untuk dapat melihat baginda nabi muhammad SAW.
1. Dengan hati yang selalu ta'alluq (teringat) kepada beliau
2. Dengan hati yang senantiasa merindukan beliau
3. Dengan mengamalkan sunnah-sunnah beliau
4. Dengan mengabdikan diri untuk kemaslahatan ummat beliu
{edisi bulan maulid, madrosatul hubb, 9 Rabi'ul Awwal 1432 H}
"Hati ini adalah ibarat gelas,.. Jika kau tuangkan air ke dalamnya, maka udara yang ada dalam gelas itu akan keluar. Sementara jika kau kosongkan gelas itu, maka udara lah yang akan mengisi kekosongan itu." (eL-Ghozali, madrasat el-Hubb, 23 Shafar 1432 H)
Pengertian "syaabbun" ya diwanti2 kanjeng nabi utk segera menikah adalah berkisar antara umur 15 (awal baligh) sampai umur 30, pendapat yang lain mengatakan sampai 32, pendapat lain sampai 40. Jadi bagi yang umurnya sudah lebih dari 30, jgn merasa sudah terlambat, sebab masih ada 2 pendapat lagi yang lebih toleran. (Hadits Maudlu'i, tgkt 3 fak. ushuluddin, jur. dakwah, Al-azhar, kairo)
?"Kerinduan adalah bak kematian yang pada saat ia datang, tak satu pun orang mampu menolaknya. Bagi seorang pecinta adalah tak ada daya baginya mengusir kerinduan itu, kecuali jika ia sudah berjumpa dengan kekasihnya."(madrasatul hubb, 14 shafar 1432 H)
Pada saat kau membaca al-qur'an maka hampir seluruh panca inderamu berdzikir. Lidahmu, matamu, telingamu, tanganmu, akalmu, dan juga hatimu.
"Seorang kyai atau mursyid yang bersembunyi (dari terlihatnya cacat-cacat yang ada pada dirinya) di balik karomah-karomahnya, tak ubahnya adalah seperti seorang perempun yang bersembunyi (dari terlihatnya darah haid yang keluar dari kemaluannya) di balik kecantikan serta keindahan sosoknya." (Sidi Ahmad Rifa'i, madrosatul hubb, 10 shafar 1432 H)
?"Aku akan dikumpulkan bersama fir'aun dan haman, jika aku memandang diriku lebih baik dari salah satu diantara kalian." Kata-kata yang sering diulang-ulang oleh Sayyid Ahmad Rifa'i hampir di setiap pengajian beliau. (madrosatul hubb, 10 shafar 1432 H)
"Seandainya kita sebagai manusia diperbolehkan menyembah kepada sesamanya, maka orang yang paling pantas disembah adalah kedua orang tua yang telah melahirkan serta membesarkan kita." Allahumma farhamhuma kama robbayaani shoghiro, wajzihima 'anni afdlola wa akmala wa atamma ma jazaita bihi aban wa umman 'an auladihima ash-sholihin...! Amiiin.
Tuhan pasti tahu belaka, bahwa aku belum cukup siap "membimbing". Makanya sampai sekarang aku belum dikarunia "pendamping". (Madrasatul Hubb, 3 Safar 1432 H)
Gak ada yang paling bisa ngertiin aku selain Robbku, tapi aku yang tidak tahu diri. O betapa Karim-nya Dia... O betapa laim-nya aku... (I'tirof, Madrosatul Hubb, 25 Muharram 1432 H)
Gus Dur “dicari” Tuhan, dan ditemukan di lorong-lorong kebudayaan, diketiak orang-orang miskin, dalam aliran derasnya keringat para buruh. Allah menemukan Gus Dur dalam alunan musik klasik, digedung-gedung bioskop dan di tengah-tengah supporter sepak bola. (Haul ke-1 KH. Abd. Wahid, madrosatul hubb, 24 muharram 1432 H)
?"Sungguh, kasih sayang dan nikmat Allah berceceran dimana-mana, sehingga bagi yang mata hatinya terbuka ia akan sll melihat Allah di balik sgala sesuatu. Lisannya bertasbih dan bertahmid, akalnya bertafakkur dan beri'tibar, hatinya berdzikir dan bersyukur, badannya berbuat kebaikan-kebaikan." (renungan-renungan sufistik, madrosatul hubb, 24 muharram 1432 H)
?"Sungguh jika engkau bernyanyi dengan kaum para perindu, niscaya mereka di dalam kerinduannya menjadi linglung." {Bahr Hazaj, salah satu birama dari 16 birama yang ada dalam bahasa arab)
?"Antara orang gila dengan orang majdzub bedanya sangat tipis sekali. Klo orang gila akalnya tertutup oleh kegelapan, sementara orang majdzub akalnya tertutup oleh cahaya." (dawuh seorang tokoh sufi besar, pengasuh madrosatul hubb, 20 muharram 1432 H)
?"Jika ku melihat pada daya kemampuanku, maka pastilah aku kan putus asa. Tapi jika ku memandang pada qudrohNya, maka takkan pernah ada kata putus asa dalam hidupku." (makna bismillah, madrasatul hubb, 13 jumadits tsaniah 1432 H)
"Kuingin seperti mereka...., kuingin cintaku kepadamu luruh dalam kehendak-Nya, kuingin cinta kita luluh dalam kelembutan-Nya, ku ingin cinta kita abadi dalam keabadian-Nya, kuingin cinta-Nya dalam cinta kita. Agar kita bisa mencinta-Nya, sekejap sampai di hadapan-Nya, bersama menatap wajah-Nya" (Madrosatul Hubb, 16 Muharrom 1432 H)
antara aku dan kamu ada tautan cinta
arwah kita sudah saling mencinta
tersembunyi dibalik rahasia alam
sebelum Allah mencipta lempungnya Adam.
~Al-Imam Suhrowardi Al-Maqtul~
Ku ingin setiap aq terjatuh ada yang menantingku, setiap aku tersesat ada yang menarikku, setiap aq lupa ada yang mengingatkanku, setiap aq tidak tahu ada yang memberitahuku, dan setiap aq lagi butuh sesuatu ada yang memberiku. Namun sayangnya semua itu hanya bisa dilakukan Tuhanku, sementara aq jauh dariNya. Dan meskipun Dia sangat dekat denganku.
Dimensi jarak dan waktu mungkin mampu memisahkan kita, tapi tidak untuk cinta kita. "Robbana ighfirlana wa li ikhwanina alladzina sabaquna bil iman..." (merajut cinta tanpa batas, madrosatul hubb, lailatul afroh, 13 Muharram 1432 H.)
Mengenali hamba-hamba yang mengenali Allah saja sudah cukup menentramkan hati, perasaan, dan pikiran. Lantas bagaimana yang dirasakan oleh mereka?! pastinya lebih indah dan lebih dahsyat daripada itu semua. Masyaallah... Tabaarokallah...! (Ghidzaur Ruh, madrosatul hubb, lailatul uns, 12 Muharram 1432 H.)
?"Jangan kau tinggalkan dzikirmu, meskipun baru lisanmu yg berdzikir, belum sukmamu, belum hatimu, belum sirrmu, belum ruhmu! semoga dengan keistiqomahanmu berdzikir Dia akan mengangkatmu dari dzikir billisan, lalu bil 'aql, kemudian bil qolb, sampai dzikr birruh. Sehingga tak satu pun diantara anggota tubuhmu kecuali menyebut namaNya." (marotib el-dzikr, madrosatul hubb, 11 Muharram 1432 H.)
Tinta sudah terlanjur kering dan pena sudah di angkat tinggi-tinggi dari lauhnya, maka sekali-kali manusia tidak akan pernah dapat mengubah catatan hidupnya, kecuali atas izin dan kehendakNya. Inilah yang membuat hati seorang mukmin senantiasa ber-sa'i antara bukit khauf dan roja', selamanya begitu, sampai ruh lepas dari jasadnya.
Aku boleh ragu
Kalian boleh ragu
Mereka boleh ragu
Tapi semua keraguan
Tak akan menghapus kebenaran
Firman Tuhan ~Hadlratus Shaikh, Hasyim Asy'ari~
?"Orang yang lemah adalah orang yang berusaha merobohkan bangunan orang lain karena iri dan dengki, sementara ia sendiri tidak membangun apa-apa." (Nur Et-tahqiq Fi Shihhati A'mali Et-thariq, Hamid Ibrahim Muhammad Shaqr, Murid Syadziliyyah)
'Arsy adalah makhluk yg paling agung bentuknya, makanya untuk menunjukan kebesaranNya Tuhan berfirman; "Arrohmanu 'ala 'arsyi istawa". Namun di sisi yang lain, ada makhluk yg paling agung pangkat dan maknanya, sedangkan yang ini terbilang lebih agung daripada 'arsy, dia lah habibunal musthafa SAW. Tuhan berfirman; Seandainya bukan karena engkau (muhammad), maka tidak kuciptakan jagad raya.
Cintamu kepada lawan jenismu mudah-mudah saja, karena selaras dengan keinginan nafsumu. Berbeda dengan cintamu kepada orang-orang yang mencintaimu jauh sebelum tumbuhnya cintamu kepada mereka. Tahu kah siapa manusia yang paling mencintaimu?! Dia lah Al-Habib Al-Mahbub Sayyidul Kaunain Wats-tsaqolain Muhammad 'alaihi afdlolush sholati wa azkat taslim...
O Hatiku, percayalah sepenuhnya pada Allah... Apapun yang menimpamu tak pernah luput dari campur tanganNya. Mendekatlah mendekatlah mendekatlah, kemudian nyatakan bahwa Dia benar-benar maha dekat. (tarwiihul arwaah)
?"Aku jatuh cinta kepadanya sebelum aku mengenal cinta, lalu panah cintaku kebetulan mengenahi hati yang kosong, maka kokohlah cinta itu" (kawakib ad-durriyyah fi tarojimi saadatis shufiyyah)
Langganan:
Postingan (Atom)